To read this in English, click here
Sumber: Markus Spiske [6]
Dua minggu lalu, Project Planet ID dan Cerita Data bekerjasama melakukan survei online melalui sosial media ke wilayah Jabodetabek. Alhasil, sebanyak 277 respon berhasil terkumpul dengan mayoritas responden berusia dari 18 hingga 24 tahun dimana berdasarkan hasil survei tersebut diketahui sebanyak 43% responden tinggal di kota Jakarta dan angka ini menjadi penting mengingat tujuan survei ini merupakan analisis perkembangan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 142 Tahun 2019 dan dampaknya pada penggunaan kantong plastik.
Jakarta — Pada tanggal 1 Juli, penggunaan kantong plastik resmi dilarang di kota Jakarta, khususnya di Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan dan Pasar Rakyat [1]. Pemerintah berharap peraturan ini dapat mengurangi jumlah sampah plastik di Ibukota. Terlebih daripada itu, Pemerintah juga berketetapan bahwa peraturan ini sebagai langkah penting untuk mewujudkan visi Indonesia bebas polusi plastik.
Apakah kedua tujuan ini akan tercapai?
Baca juga: Bagaimana Caranya agar Larangan Penggunaan Kantong Plastik Sekali Pakai Efektif di Jakarta?
Seminggu setelah peraturan ini diberlakukan, sebanyak 40% responden di Jakarta masih tetap menggunakan plastik sekali pakai sebanyak lima kali dalam satu minggu, termasuk kantong plastik
Sejak beberapa tahun terakhir, pejuang lingkungan di seluruh dunia terus mengingatkan atas kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh penggunaan kantong plastik yang berlebihan dimana di antaranya dapat mengganggu rantai makanan, mencemari tanah dan kualitas air tanah serta tambahan lagi proses pembakaran plastik menyebabkan polusi udara, mengancam kehidupan makhluk hidup baik hewan, tumbuhan bahkan manusia.
Menyadari begitu banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan kantong plastik, namun dari sisi masyarakat sulit sekali kiranya untuk lepas dari kebutuhan pemakaian kantong plastik pada kenyataannya.
Berdasarkan hasil survei menunjukkan tas belanja ramah lingkungan bukan produk pengganti plastik yang paling populer di kalangan warga Jabodetabek, sebagai contoh sedotan reusable dan botol minum dapat menjadi dua produk ramah lingkungan yang paling sering dipakai oleh sebagian besar penduduk Jabodetabek, yaitu sebesar 20-50% responden.
Ketergantungan masyarakat terhadap kantong plastik adalah alasan utama mengapa masyarakat enggan menggunakan tas belanja ramah lingkungan. Sebagai bukti adalah kantong plastik adalah produk plastik yang paling sering dipakai oleh mayoritas responden, sebesar 74.07%, diikuti oleh kemasan dan sedotan plastik.
Alasan kenapa permintaan pasar kantong plastik sangat tinggi
Sebagaimana produk plastik sekali pakai lainnya, kantong plastik sangat digemari karena ringan, murah dan tersedia hampir di semua tempat. Apalagi, penjual sering memberikan kantong plastik gratis kepada konsumen saat berbelanja maupun pesanan makanan melalui aplikasi.
“Seringkali, konsumen tidak mempunyai pilihan selain plastik,” ucap Trent Hodges, Manager Polusi Sampah di Surfrider Foundation. “Dan karena [plastik] ada dimana-mana, membeli atau menggunakan plastik menjadi suatu kebiasaan….”[2].
Maka, dapat dikatakan bahwa penjual juga bertanggung jawab atas ketergantungan masyarakat terhadap produk plastik. Meskipun jaringan pasar swalayan, minimarket dan restoran telah mulai menawarkan tas ramah lingkungan, pedagang di pasar tradisional dan kaki lima mempunyai keterbatasan finansial sehingga sulit bagi mereka untuk melakukan yang sama [1].
Penegakan hukum yang lemah juga membuka ruang bagi pasar tradisional dan pedagang kaki lima untuk tetap menawarkan kantong plastik kepada konsumen sehingga konsumen pun tidak mempunyai insentif untuk menggunakan tas belanja ramah lingkungan.
Selain itu, faktor situasional juga mempengaruhi penggunaan plastik masyarakat luas. Di tengah wabah virus COVID-19, 24% responden mengakui bahwa penggunaan plastik mereka meningkat. Hal ini dapat dimengerti sebab Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mendorong masyarakat luas untuk membeli kebutuhan sehari-hari melalui platform online sehingga jumlah sampah plastik yang diproduksi pun bertambah pesat, termasuk kantong plastik [3].
Namun demikian, 71% responden setuju bahwa larangan penggunaan kantong plastik merupakan langkah yang sangat penting agar Indonesia dapat terbebas dari polusi plastik pada tahun 2040
Perlu diketahui bahwa survei ini dilakukan seminggu setelah peraturan diterapkan sehingga masih terlalu cepat untuk memutuskan apakah pelarangan penggunaan kantong plastik efektif atau tidak. Akan tetapi, kita mempunyai alasan untuk tetap optimis sebab penggunaani kantong plastik menurun setelah kota Banjarmasin dan Denpasar melarang penggunaannya.
Tetapi, diperlukan ide, strategi dan tindakan lain agar kita dapat memecahkan masalah polusi plastik di Indonesia. Ketika ditanya tindakan apa yang harus diambil oleh Pemerintah untuk mengurangi sampah plastik, 27% responden mengusulkan Penelitian dan Pengembangan alternatif pengganti plastik serta mensubsidikan pembuatannya sehingga masyarakat, baik pembeli atau penjual, dapat memiliki akses langsung.
Selain kebijakan pemerintah, masyarakat juga dapat ikut bergabung untuk melakukan display sampah plastik.
Contohnya, Daniel Webb, seniman asal Inggris, berhasil membuat lukisan dinding “Everyday Plastic” dari produk plastik yang beliau gunakan selama satu tahun. Tahun lalu, organisasi lingkungan Plastic-Free Parade Team membawa monster plastik menyerupai ikan raksasa keliling Jakarta dalam pawai tolak plastik sekali pakai. Monster plastik ini digunakan sebagai simbol ancaman polusi plastik terhadap lingkungan dan makhluk hidup [4,5].
Lalu, sebagai konsumen, kita harus lebih sadar akan bahaya plastik dan turut bertanggung jawab dengan mulai dan berhenti memakai kantong plastik. Bayangkan, setiap kali kita menolak kantong plastik, maka kantong plastik yang terbuang sia-sia akan berkurang satu. Lalu, bayangkan jika anggota keluarga dan sahabat kita melakukan yang sama. Apakah Anda akan menolak plastik?
Sumber: Markus Spiske [7]
Jangan sia-siakan lingkungan kita.
Plastik manakah yang dapat didaur ulang? Apa yang dimaksud dengan bioplastik? Apa arti dari angka yang ada di kontainer plastik? Cari tahu jawabannya di FORUM kami!
Sumber:
[3]https://www.thejakartapost.com/news/2020/05/01/jakartas-trash-output-down-during-covid-19-but-environmentalists-warn-of-possible-increase.html
Foto: